Thursday 22 March 2018

5 Keuntungan Menjalankan Bisnis Paytren


Ada 5 potensi keuntungan paytren yang anda dapatkan ketika anda menjalankan bisnisnya:

1. Komisi penjualan Langsung



Komisi penjualan langsung adalah komisi hasil penjualan dari lisensi paytren terjual melalui referensi anda, jadi saat anda mengajak seseorang untuk bergabung dan melakukan pembelian  lisensi bisnis paytren, maka atas jasa tersebut perusahaan paytren akan memberikian komisi penjualan sebesar Rp. 75.000 per lisensi yang terjual.

Komisi ini akan diabayarkan dalam dua bentuk;  pertama, 60% dalam bentuk uang cash yang akan ditransfer ke nomor rekening bank yang terdaftar dia akun paytren anda. Dan yang kedua 40% nya dalam bentuk deposit yang akan masuk dalam saldo E-PIN. Inilah salah satu keuntungan paytren yang lumayan besar yang bisa anda dapatkan.

2. Komisi leadership



Komisi leadership adalah komisi yang bisa anda peroleh ketika anda melakukan pembinaan atau bimbingan kepada mitra dibawah atau dalam grup anda. Dengan jasa tersebut maka perusahaan paytren akan memberikan komisi sebesar Rp. 25.000,- untuk setiap perkembangan satu pebisnis baru pada masing-masing grup dan paling banyak dua grup.

Sebagai catatan komisi ini baru bisa anda dapatkan ketika anda benar-benar melakukan pembinaan dengan penilaian secara otomatis yang dilakukan oleh sistem yang ada di perusahaan paytren.

Sama seperti komisi penjualan langsung komisi ini akan dibayarkan dalam dua bentuk yaitu 60% cash dan 40% dalam bentuk topup deposit.

3. Promo Komisi Pengembangan Penjualan Langsung


Komisi pengembangan penjualan langsung ini maksudnya adalah komisi yang akan diberikan atas jasa kita karena mitra yang kita referensikan berhasil menjual paket lisensi bisnis (paket basic) dan maksimum 10 generasi, maka kita akan diberikan perushaan paytren sebesar Rp. 2.000 per lisensi yang terjual tersebut. Untuk tabel resmi bisa anda lihat di marketing plan paytren.

Komisi ini baru akan diberikan setelah dinyatakan kita benar-benar melakukan pembinaan atau bimbingan kepada mitara dibawah kita tersebut, yang penilaiannya akan dilakukan secara otomatis oleh system.

Ilustrasi Pengembangan penjualan langsung dengan duplikasi hanya 5 mitra/lisensi.



4. Komisi Pengembangan Komunitas



Yang dimaksud komisi pengembangan komunitas adalah komisi yang diberikan ketika mitra yang kita referensikan berhasil mendapatkan bonus leadership maksimal 10 generasi atau 10 turunan, komisi yang akan kita terima adalah sebesar Rp. 1.000 per generasi yang mendapatkan komisi ledership tersebut.

potensi bonus ini terlihat kecil, padahal potensi bonusnya tak kalah besar dibanding yang lainnya.
perhitungan potensi bonus pengembangan generasi ini adalah sebagai berikut.


5. Cashback transaksi

Cashback transaksi adalah keuntungan berupa presentasi keuntungan yang kita dapatkan dari setiap transaksi pribadi yang kita lakukan, baik kita sebagai pengguna saja maupun sebagai mitra pebisnis.

Syarat untuk memperoleh cashback transaksi ini kita harus melakukan minimal satu kali transaksi pribadi dalam satu bulan. Untuk penghitungan cashback transaksi ini dihitung dari tanggal 1 setiap bulanya sampai dengan akhir bulan.

Sedangkan untuk pembayaranya akan dilakukan setiap tanggal 15 bulan berikutnya, jadi seandainnya anda melakukan transaksi pribadi antara tanggal 1 sd 31 januari maka pemabayaran casback transaksinya baru akan dibayarkan pada tanggal 15 bulan februari nya.
Untuk cashback transaksi grup hanya bisa diberikan apabila kita dinilai telah melakukan pembinaan dan bimbingan sebagai kewajiban kita selaku leader, yang penilainya akan dilakukan secara otomatis oleh system yang ada di paytren. Sedangkan untuk cashback transaksi pribadi tidak ada syarat.

Itulah beberapa potensi keuntungan paytren yang bisa kita dapatkan saat kita melakukan bisnis paytren ini dengan baik.

Hubungi No Hp/Wa : 082338012295

Tuesday 30 January 2018

Membaca Itu Baik, Bekomentar Harus Positif


Diamlah. com Akhir-akhir ini saya sering ditambahkan menjadi anggota grup Whatsapp (WA), tidak satu atau dua grup. Kelihatannya grup Whatsapp telah menjadi media bagi sekumpulan orang yang memiliki niat agar dimudahkan komunikasinya, dan grup WA terbukti efektif, seperti; rapat dalam urusan kerja bisa dilakukan di mana saja, kepentingan komunikasi bisa dengan mudah disampaikan secara masal, begitupun dengan undangan pernikahan, sunatan sampai tahlilan, hanya sekali klik seluruh anggota grup sudah mengetahui. Grup WA bisa juga dijadikan sebagai media promosi sebuah produk dagangan, yang pasti banyak manfaatnya.

Namun, kemudahan itu dan keefektifan tersebut banyak dimanfaatkan oleh kelompok tertentu yang mempunyai kepentingan tertentu pula, seperti: menyebarkan berita-berita hoaks, membagikan tulisan-tulisan yang melenceng dari data, sampai pada ujaran kebencian, dan (mungkin) agenda politik.

Disayangkan, seringkali anggota grup menelan mentah-mentah informasi yang diterima, dan meyakini tulisan yang dishare oleh seorang anggota grup adalah benar. Saya ambil contoh, belum lama, dan mungkin sudah lama berita ini tersebar (tapi mulai booming kembali di grup WA), mengenai tulisan dari mantan pemeluk agama Hindu (katanya) menyatakan, ritual 7 hari, 40 hari, 100 hari orang meninggal, dan seterusnya adalah warisan dari tradisi Hindu, dan tercatat/termaktub dalam kitab agama Hindu, setelah saya lihat, kebetulan saya punya Samaveda Samhita, dari penerbit Paramita Surabaya, sangat jelas bertentangan dan berbeda dari tafsir ayat-ayatnya, jauh melenceng.

Hal tersebut hanya sekulumit contoh saja, bahkan kadang berita ‘basi’-pun masih sering di-share. Belum lama, saya mendapatkan share, al-Qur’an yang diterbitkan oleh Penerbit Suara Agung, dikatakan dengan sengaja menghilangkan surat Al-Maidah ayat 51-57, dan itu disebarkan dengan bahasa yang profokatif.

Namun, setelah saya coba telusuri kebenarannya, saya mendapatkan klarifikasi dari website resmi penerbit tersebut, dan itu mutlak kesalahan yang tidak disengaja, ayat tersebut tidak hilang namun ada kesalahatan cetak, seharusnya tercetak pada halaman 117, tapi tercetak pada halaman 113. Dan pada tahun 2015 sudah ditarik dari peredaran, untungnya baru 400 eksmplar yang terdistribusi, sisanya 5.000 eksmplar lebih dimusnahkan. 

Sesungguhnya, informasi-informasi tersebut baik untuk disampaikan, sebagai kontrol masyarakat. Tetapi, terkadang bahasa yang digunakan pengunggah awal tidak ramah lingkungan, akhirnya hanya menyisahkan kebencian bagi penerima berita. Didukung lagi tidak berimbangnya antara ‘minat baca, minat komentar, dan minat share’.

Harus kita akui, pemagang gadget/smartphone, dan pengguna Medsos memiliki ‘minat share dan minat komentar’ yang tinggi, tapi tidak berimbang dengan ‘minat bacanya’. Sebaiknya, kita jangan terlalu mudah membagikan informasi-informasi—secara data meragukan (apalagi memuat ujaran yang tidak laik konsumsi), alangkah indahnya—jika kita mencoba menelusuri sumber beritanya dan kebenarannya terlebih dahulu. 

Kita semua juga tahu, bagaimana minat komentar pengguna Medsos, ambil contoh tak usah jauh-jauh, postingan-postingan di Facebook NU Online, seperti tulisan-tulisan saya yang dipublikasikan di NU Online, setiap saya melihat komentar di FB NU Online, banyak komentar bertolak belakang dengan esensi ide tulisannya.

Kenapa itu bisa terjadi? Karena mereka hanya melihat seklumit deksripsi dan judulnya saja, tanpa membaca konten isi tulisan, lagi-lagi minat baca kita “jongkok”. Kita lebih asyik mengomentari, membagikan tanpa mengetahui “isi”-nya. Kalau demikian, bagaimana kita mau menyaring mana yang benar dan keliru, jika kita hanya melihat kulitnya saja?

Fenomena ini bagi saya sedikit meresahkan. Secara tidak langsung, telah lahir otoritas baru diluar kontorl para ahli. Aktifitas bershare-ria susah untuk dibendung, memang tidak ada yang salah, tapi menjadi salah ketika tulisan/berita itu salah, dan parahnya dianggap benar oleh kebanyakan orang sehingga menjadi dalil (seakan-akan) paling shoheh. 

Pola ini yang harus kita rubah, sebagai manusia kita harus menyadari, Allah SWT telah menghadiahkan bingkisan luar biasa berupa ‘akal’, sebab itu manusia menjadi ahsan taqwim (makhluk paling mulia). Manusia harus cermat memilah-memilih, mana konten yang laik di-share dan mana yang tidak, kemudian mana komentar yang sesuai dengan isi konten tulisan, tidak malah bertengkar atau mengubar ujaran paling benar antara satu dan lainnya. Kita harus lebih cerdas lagi.

Karena begini, setiap informasi tidak bisa dijadikan sebagai standar otoritas fatwa, apalagi standar kebenaran (begitupun dengan tulisan ini), apalagi tulisan-tulisan yang tersebar di grup WA dan Medsos. Otoritas yang mempunyai makna adalah otoritas yang memegang teguh prinsip-prinsip ilmiah, tidak hanya sebatas simbol-simbol yang tidak bisa dijelaskan secara kebenarannya, apalagi informasi-informasi yang berisi sampah hoaks, jelas tidak memiliki otoritas babar-blas.

Meminjam pernyataan Haidar Bagir dalam buku Islam Tuhan, Islam Manusia, menyatakan, otoritas bisa diterima dalam makna yang sesuai dengan makna-asli ajektif, yakni yang bersifat ilmiah. Semua itu diyakini karena al-Quran sebagai otoritas tertinggi dalam Islam, mengajarkan bahwa agama Islam adalah untuk orang-orang yang berakal, Nabinya pun dengan tegas mengatakan, “tak ada agama bagi orang yang tak berakal.”

Artinya, kita tidak diizinkan ‘serampangan’ dalam menentukan sebuah kebenaran, harus ada otroritas yang jelas, secara sumber, fakta, dan keabsahan sebuah berita/tulisan. Kebanyakan dari kita tidak fokus pada pencarian kebenaran, kita malas untuk menganalisis ulang. Apalagi komentar-komentar yang tercecer dalam Medsos, hanya menyisihkan permusuhan-permusuhan pendapat yang sama sekali (belum menjamin) kemungkinan benar, hanya kesombongan semata.

Minat share dan minat komentar, harus dibarengi dengan minat baca, dengan kata lain, membiasakan mencari sumber yang jelas dan harus dipelajari terlebih dahulu. Di sini kita membutuhkan sebuah perangkat ‘alat perang’, yaitu perang melawan hawa nafsu. Karena nafsu menjadi ingin ‘manfaat’ di zaman digital sekarang, belum tentu menyebarkan kemanfaatan mutlak secara universal. Apalagi dorongan menjadi manfaat tersebut, dibarengi dengan nafsu merasa benar. 

Di era digital sekarang, harus disadari banyak jebakan yang mengintai, tidak hanya kemanfaatan yang bisa menjadi salah, agama pun jika dikendalikan oleh ‘pendekar yang berwatak jahat’ bisa juga salah. Analoginya, tangan kita yang mempunyai fungsi untuk menulis, makan, minum, menggendong, dengan berbagai macam fungsi ‘baik’nya, akan menjadi salah jika difungsikan untuk memukul orang, menampar, membunuh, dan sebagainya. Maka dari itu, dalam sebuah riwayat disebutkan, kelak nanti, seluruh organ tubuh kita akan dimintai pertanggung jawaban, dan mulut akan membisu. 

Harus Anda sadari pula, berita hoaks dan tulisan yang bersumber ngawur, bukanlah sebuah argumen ilmiah dan bukan juga pendapat yang shoheh, melainkan hanya untuk menggiring opini kita supaya mengikuti alur si pembuat berita, dengan berbagai macam kemungkinan kepentingan.

Namun, jika sebuah tulisan dan berita itu bersumber jelas, harus Anda ‘amini’, bahwa itu adalah khazanah pengetahuan. Dan kita harus sebisa mungkin mempunyai prinsip, sebuah pendapat mempunyai dua kemungkinan, pendapat Anda mempunyai peluang salah dan benar, begitupun dengan pendapat saya. Tapi, lagi-lagi itu adalah hak seseorang untuk berpendapat, tidak bisa kita batasi. Dan si tukang komentar tidak usah bertengkar karena itu.

Kita harus meyakini, kebijaksanaan, kebaikan, hikmah, dan segala rupanya yang positif terdapat di mana-mana, bahkan dalam pendapat yang tidak kita sepakati sekalipun. Lalu, kewajiban kita sebagai seorang yang ingin menaikan taraf kualitas diri, harus ‘memungutnya’. Sekali lagi, bukan malah perang komentar. 

Semua itu bisa dilakukan, asalkan minat baca, minat menganalisis, dan minat mempelajari lebih diutamakan, daripada minat mengomentari dan minat share. Jangan, jangan dulu dibagikan, jangan dulu dikomentari, kalau Anda belum benar-benar paham tentang isinya. Karena bisa saja Anda terjebak dalam kemanfaatan semu, hanya gara-gara dibuai dengan kata-kata, “Jangan berhenti pada Anda, sebarkan kemanfaatan ini kepada teman-teman Anda.” (mungkin itu jebakan). Baca lagi, teliti lagi, dan pelajari lagi. Biasakan melakukan hal-hal tersebut. 

Saya tutup tulisan ini dengan sebuah antologi puisi, In The Mecca, Gwendolyn Brooks (1917-2000 M) mengatakan: “One reason that cats are happier than people is that they have no newspapers—satu alasan kenapa kucing lebih bahagia dari manusia adalah, bahwa mereka tidak memiliki koran.” Apalagi Whatsapp, begitupun dengan grup WA dan Medsos.

Santri Milenial dan NU


Diamlah. com Siklus seratus tahun merupakan pembuktian Nahdlatul Ulama sebagai organisasi keislaman terbesar di dunia. Klaim Nahdlatul Ulama sebagai organisasi Islam terbesar di dunia, bukan pepesan kosong, tapi merujuk pada data beberapa lembaga lembaga survey terpercaya. Bukan sebagai penghargaan yang dirayakan, tapi menjadi refleksi kritis untuk melihat sejauh mana kontribusi NU dalam konteks keislaman, keindonesiaan dan dinamika internasional.  

Survey IndoBarometer pada tahun 2000, menyebut warga Nahdliyyin sejumlah 143 juta jiwa. Sementara, Lembaga Survey Indonesia (LSI) pada 2013, mengungkap data, bahwa sejumlah 36 persen pemegang hak pilih nasional, merupakan warga NU. Singkatnya, 91,2 juta pemilih nasional merupakan warga nahdliyyin.

Sementara, Alvara Strategic Research, melansir hasil survei tentang organisasi Islam yang paling dikenal publik. Survei ini melibatkan 1.626 responden di 34 provinsi, dengan wawancara tatap muka. Hasilnya, NU menempati peringkat pertama sebagai organisasi keislaman yang paling dikenal, sebesar 97,0 persen.

Dilanjutkan Muhammadiyah sebesar 93,4 persen, dan beberapa organisasi lain. Survei Alvara (2017), mengajukan data, sejumlah 50,3 persen penduduk muslim mengaku NU, serta 14,9 persen  berafiliasi dengan Muhammadiyah. Dari laporan riset ini, terungkap data jumlah warga Nahdliyyin sekitar 79,04 juta jiwa, sementara warga Muhammadiyah sejumlah 22,46 juta jiwa.

Dari catatan ini, penulis ingin melihat dinamika anak muda nahdliyyin, atau lapisan santri milenial. Lapisan ini penting ditelisik aspirasi sekaligus perannya, dalam proses menuju seratus tahun Nahdlatul Ulama.   

Milenial santri

Bagi lingkaran peneliti sosial, milenial disebut lapisan penduduk yang lahir pada 1980-2000. Atau, mereka yang saat ini berusia 18-38 tahun. Dalam skala ini, santri milenial saat ini pada lapisan santri yang masih mengaji di pesantren, sedang belajar di kampus, sampai pada tahapan menjadi profesional di beberapa perusahaan atau instansi.  

Lapisan santri milenial ini, sebagian besar juga mewarnai muslim kelas menengah. Ada transformasi sosial, dari keluarga santri yang dulunya berlatar belakang agraris, kemudian kuliah dan bekerja secara profesional di beberapa kota. Terbukanya kompetisi di kampus-kampus nasional dan internasional dan afirmasi atas sekolah berbasis pesantren, membuka peluang bagi santri untuk menggeluti sains dan ilmu-ilmu yang melengkapi basis pesantren. Pergeseran ini berdampak pada pada identitas santri milenial, yang mempengaruhi pola baru warga nahdliyin.

Dari sisi komunikasi, santri-santri milenial juga mewarnai interaksi digital. Sindikasi media yang dibangun oleh santri-santi milenial, berpengaruh pada pembentukan wacana di kalangan muslim kelas menengah. Sejauh ini, puluhan media digital yang mengkampanyekan nilai-nilai Islam Nusantara atau gagasan keislaman ala Nahdlatul Ulama. Interaksi digital dengan lintas platform media sosial, berpengaruh pada wajah baru warga Nahdliyin. Ini menjadi penting, dalam proses menuju satu abad Nahdlatul Ulama.    

Dari sejarah panjangnya, Nahdlatul Ulama memiliki tanggung besar: keislaman, keindonesiaan dan kemanusiaan. Tanggungjawab ini, merujuk pada prinsip Nahdlatul Ulama, dalam menjaga ukhuwah Islamiyah (persaudaraan keislaman), ukhuwah wathaniyah (persaudaraan kebangsaan), dan ukhuwah insaniyah (persaudaraan kemanusiaan). 

Tanggung jawab ini memiliki spektrum luas: politik kebangsaan, ekonomi, hukum, pendidikan hingga diplomasi internasional. Dari peta ini, tergambar jelas bagaimana, sumbangsih sekaligus tantangan Nahdlatul Ulama dalam siklus seratus tahun (satu abad).

Tanggung jawab keislaman, memberi tantangan bagi Nahdlatul Ulama untuk menebar dakwah Islam Nusatara yang rahmatan lil-alamin. Dakwah Islam yang rumah, bukan Islam yang menyebar amarah. Tanggung jawab ini menjadikan Nahdlatul Ulama memiliki spektrum gerak yang luas, untuk menjawab problem keislaman di dunia internasional.

Wajah muslim di ranah internasional sedang murung. Peperangan dan konflik di beberapa negara Timur Tengah, meremukkan persaudaraan. Konflik di Yaman, Syiria, serta kontestasi antara Israel dan Palestina, serta dinamika negara di sekitar Saudi, merupakan tantangan besar untuk mencipta perdamaian.

Di Asia Tenggara, kekerasan terhadap muslim Rohingya di Myanmar menjadi problem serius. Dalam lanskap internasional, inisiasi perdamaian di Afghanistan, mencatat peran NU dalam diplomasi perdamaian. Inisiasi perdamaian di ranah internasional ini menjadi bagian dari dakwah Islam Nusantara.

Arus baru milenial

Seratus tahun Nahdlatul Ulama, bagi generasi santri milenial, memiliki arti penting untuk memandang wajah organisasi ini pada masa kini dan mendatang. Dengan munculnya lapisan santri milenial, penyebutan Nahdlatul Ulama sebagai organisasi tradisional, tidak lagi relevan.

Tradisionalisme dalam menjaga sub-kultur pesantren, merupakan khazanah penting yang menjadi ciri khas. Maka, bisa kita saksikan, bagaimana santri-santri milenial yang kuliah di beberapa kampus internasional, maupun yang sudah berkarir profesional, merasa perlu dengan shalawatan, pengajian maupun rangkaian tradisi lain.

Pada ranah tantangan ekonomi kerakyatan, pola santri milenial untuk membangun arus baru ekonomi, berlangsung dengan cara yang berbeda. Beberapa santri menginisiasi start-up pada pelayanan publik, media dan social bussines, dengan dukungan perusahan finansial internasional.

Munculnya beragam ventura yang berani mendanai eksekusi ide-ide bisnis berbasis digital, menjadi peluang berharga. Meski belum berkembang massif, gerakan santri-santri milenial sudah terasa. Perlu ada dorongan intensif, agar lapisan santri milenial ini melangsungkan penetrasi pada wilayah profesional baru.

Saya, sebagai bagian santri milenial, merasa betpa inovasi teknologi digital dan media sosial berpengaruh pada transformasi harakah (gerakan) santri zaman now. Santri milenial memiliki strategi yang berbeda dalam merespons tanggungjawab keislaman, keindonesiaan dan kemanusiaan. Seratus tahun Nahdlatul Ulama membuka ruang bagi santri milenial untuk membuktikan kontribusi strategisnya.

Monday 29 January 2018

Arti Sebuah Kopi Dalam Kehidupan


Diamlah. com Kopi, minuman hasil dari biji kopi yang telah disangrai dan dihaluskan menjadi bubuk. Kopi ditemukan secara tidak sengaja sekitar tahun 800 SM/850 SM oleh seorang penggembala yang bernama Khalid. Di Indonesia sendiri, kopi dikenalkan oleh bangsa Belanda. Mereka pula lah yang membudidayakan dan menyebarluaskan kopi di wilayah perkebunan Indonesia.

Kopi, sederhana memang; tentang kopi, mungkin orang hanya mengira itu minuman penghangat di pagi atau sore hari. Akan tetapi, dibalik kesederhanaan kata kopi, tersimpan banyak makna dan cerita. Secangkir kopi seringkali menghadirkan cerita bagi penikmatnya. Tak jarang ide-ide besar muncul dari setiap seduhan kopi.

Minuman ini beraroma. Jika tersentuh lidah akan terasa pahit, sedikit asam ketika berada di tenggorokan, dan hangat tentu saja. Pada setiap tegukan akan muncul sensasi yang bisa membuat penikmatnya melayang-layang. Sedikit lebay memang, tapi begitulah gambaran dari penikmat kopi yang pernah saya dengar. Bagi mereka, menikmati kopi berarti mencintai satu paket rasa dalam kopi tersebut, pahit, manis, asam dan panas.

Ada filosofi dibalik kata kopi. Ya, kali ini saya tertarik untuk bicara makna dari cara memegang gelas kopi. Memegang gelas kopi ternyata tak sesederhana terlihat; ada kandungan makna filosofi di dalamnya. Andrea Hirata menyebut kopi bagaikan ensiklopedia tebal tentang watak manusia. Dalam bukunya Buku Besar Peminum Kopi (buku ini disebutkan dalam penggalan novelnya yang berjudul cinta di dalam gelas), ia menyebut beberapa temuan unik tentang cara meminum kopi.

Pertama, gelas kopi yang dipegang dengan cara dicengkram, dan kelima jari menempel di gelas menandakan orang tersebut sedang gelisah.  Kedua, pegangan tangan di bawah gelas kopi menceritakkan tentang kematangan pendirian dan kebijakan bersikap. Jemari yang dilingkarkan di bagian bawah gelas menandakan bahwa mereka adalah orang-orang tenang bisa diandalkan.

Ketiga, mereka yang memegang gelas kopi dengan ujung jempol dan ujung jari tengah saja, di bagian tengah gelas, pertanda menderita karena cinta yang bertepuk sebelah tangan. Keempat, mereka yang menjepit gelas kopi dengan jari telunjuk dan jari tengah, kedua jari sejajar, kemudian pada sisi gelas sebaliknya menjepit dengan jari manis dan kelingking adalah suatu tindakan bodoh sebab akan membuat gelas tak seimbang dan menumpahkan kopi. Namun, ketika ketidakseimbangan tersebut ditegakkan dengan ujung jempol, mengisyaratkan orang yang ingin aspirasinya didengar dan kemampuannya diakui. Terakhir, orang yang memegang gelas kopi di bibir gelas paling atas itu karena kopinya panas.

Apa yang disampaikan Andrea Hirata bisa benar, bisa salah, dan tentu saja juga bisa mengada-ada. Sungguhpun begitu, saya juga tertarik berbicara sesuatu tentang kopi; berdasarkan sudut pandang saya, tentu saja.

Saya memang bukan penikmat kopi. Akan tapi saya tertarik dengan orang-orang yang sangat menggilai kopi. Melihat mereka menikmati kopi seakan mengajarkan saya bagaimana caranya menikmati hidup. Penikmat kopi pahit mengajarkan bahwa hidup ini tidak selalu indah. Ada saat dimana hidup harus terasa menyakitkan. Namun, akan terasa berbeda ketika dicampur dengan gula. Hal ini dapat diperbandingkan dengan kenikmatan hidup yang selalu bersembunyi di sisi lain pahitnya hidup. Ada kemudahan di setiap kesulitan, akan ada solusi di setiap permasalahan, akan ada hikmah dibalik musibah.

Segelas kopi juga mengajarkan tentang makna pentingnya mencapai sebuah hasil (rasa) yang nikmat. Meracik, menunggu menjadi hangat, dan menyeduh, merupakan rangkaian proses untuk menikmati rasa tersebut. Kopi bukan hanya sekedar air pelepas dahaga. Kopi diseruput layaknya mengeja kata per kata dari sebuah makna kehidupan. Satu hal yang paling saya suka ketika melihat orang yang sedang menikmati kopi, mereka seolah memperlihatkan kharisma dan ketajaman empati dalam menikmati hidup. Beban mereka seakan hilang dalam setiap seruputan hangatnya kopi

Nikah Lewat Internet, Jimaknya Gimana?


Diamlah. com Satu waktu di forum Bahtsul Masail PWNU Jawa Timur saat Kiai Hasyim Muzadi menjabat sebagai Ketua PWNU, ada bahasan soal hukum nikah via internet. Saat itu awal ramai-ramainya orang membincangkan dan menggunakan internet.

Dari hasil Bahtsul Masail, PWNU Jawa Timur memutuskan bahwa pernikahan lewat internet hukumnya haram dengan merujuk pada kitab-kitab yang telah ada, di bab apa, dan di halaman berapa.

Gus Dur, selaku Ketua Umum PBNU hadir pada kesempatan itu. Dalam forum, Gus Dur justru menyangkal keputusan Bahtsul Masail terkait haramnya menikah lewat internet tersebut.

"Para ulama di sini ini ndak canggih. Masa nikah lewat internet haram," tutur Gus Dur.

Saat itu juga para kiai, semua peserta dalam forum terdiam.

"Nikah lewat internet itu boleh," jelas Gus Dur.

Sebagian kiai bingung, sebagian menolak dalam diam, sebagian lagi berpikir menangkap maksud Gus Dur.

"Asal jimak-nya juga lewat internet," seloroh Gus Dur disusul derai tawa para peserta bahtsul masail.

5 Cara Mengurangi Radiasi Smartphone Pada Saat Menelpon

Diamlah. com Hampir semua barang elektronik memiliki radiasi, termasuk smartphone yang kita pegang setiap hari. Radiasi pada smartphone disebut radiasi RF (radio frequency), radiasi ini berasal dari sinyal elektromagnetik yang dipancarkan oleh perangkat mobile.
Menurut penelitian para ahli, paparan radiasi RF dengan intensitas tinggi dapat mengakibatkan kepala kita pusing bahkan ada rumor, radiasi ini dapat menyebabkan kanker. Untuk mencegah hal tersebut, cobalah 5 cara mengurangi radiasi smartphone pada saat menelpon.
Hindari Bahaya, Ini 5 Cara Mengurangi Radiasi Smartphone Pada Saat Menelpon

1. Gunakanlah Earphone

Gunakan selalu earphone atau headphone ketika kamu menelpon, mendengarkan musik, atau menonton film. Karena semakin jauh kepala kamu dari smartphone maka radiasi yang ditimbulkan akan semakin rendah.

Ingat ya, jangan pakai earphone atau headphone bluetooth. Karena perangkat bluetooth juga memancarkan radiasi. Oleh karena itu, sangat disarankan untuk menggunakan earphone kabel.

2. Nyalakan Mode Speaker

Menurut penelitian, radiasi smartphone lebih banyak terpancar dari Earpiece Speaker. Dengan kamu menyalakan mode speaker, maka radiasi yang ditimbulkan akan semakin sedikit. Teorinya sama, semakin jauh dari smartphone maka radiasi akan semakin kecil.

3. Jangan Terlalu Lama Menelpon

Mungkin tips satu ini kurang cocok untuk kalian yang hobi menelpon. Tapi percayalah, bertemu langsung saling tatap muka itu lebih mengasyikkan daripada berbicara lewat telpon. Namun, jika terpaksa untuk melakukan panggilan lama maka gunakanlah earphone untuk meminimalisir radiasi yang ditimbulkan.

4. Jangan Gunakan Koneksi Lain Selama Menelpon

Seperti kita tahu smartphone memiliki berbagai macam koneksi, mulai dari sinyal, data seluler, GPS, bluetooth, sampai Wi-Fi. Semua koneksi tersebut memiliki radiasi.

Jika kamu ingin menelpon seseorang dalam jangka waktu yang lama, usahakan untuk menggunakan satu atau dua koneksi saja. Dengan begitu, kamu dapat mengurangi paparan radiasi dari smartphone.

5. Hindari Aktivitas Menelpon Saat Sinyal Lemah

Saat kamu berada di daerah lemah sinyal, smartphone akan menggunakan daya lebih besar untuk mencari jaringan. Saat itu pulalah smartphone akan memancarkan radiasi lebih besar.

Selain mengurangi radiasi sinyal elektromagnetik, kamu juga harus memperhatikan tingkat radiasi yang ditimbulkan oleh tiap smartphone. Kenapa tiap smartphone? Yap, karena setiap smartphone pasti memiliki tingkat radiasi tertentu.

Sunday 28 January 2018

Syarat Menjadi Sekolah Adiwiyata Mandiri


Diamlah.com ADIWIYATA adalah program terhadap sekolah yang mewujudkan sekolah berwawasan dan peduli lingkungan

Apa Itu ADIWIYATA ?
Adiwiyata mempunyai pengertian atau makna: Tempat yang baik dan ideal dimana dapat diperoleh segala ilmu pengetahuan dan berbagai norma serta etika yang dapat menjadi dasar manusia menuju terciptanya kesejahteraan hidup dan menuju kepada cita-cita pembangunan berkelanjutan. 

TUJUAN PROGRAM ADIWIYATA
Menciptakan kondisi yang baik bagi sekolah untuk menjadi tempat pembelajaran dan penyadaran warga sekolah, sehingga di kemudian hari warga sekolah tersebut dapat turut bertanggung jawab dalam upaya-upaya penyelamatan lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan.

Kegiatan utama diarahkan pada terwujudnya kelembagaan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan bagi sekolah dasar dan menengah di Indonesia. Disamping pengembangan norma-norma dasar yang antara lain: kebersamaan, keterbukaan, kesetaraan, kejujuran, keadilan, dan kelestarian fungsi lingkungan hidup dan sumber daya alam. Serta penerapan prinsip dasar yaitu: partisipatif, dimana komunitas sekolah terlibat dalam manajemen sekolah yang meliputi keseluruhan proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi sesuai tanggung jawab dan peran; serta berkelanjutan, dimana seluruh kegiatan harus dilakukan secara terencana dan terus menerus secara komperensif.

INDIKATOR DAN KRITERIA PROGRAM ADIWIYATA
A. Pengembangan Kebijakan Sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan
Untuk mewujudkan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan maka diperlukan beberapa kebijakan sekolah yang mendukung dilaksanakannya kegiatan-kegiatan pendidikan lingkungan hidup oleh semua warga sekolah sesuai dengan prinsip-prinsip dasar Program Adiwiyata yaitu partisipatif dan b e r k e l a n j u t a n .

Pengembangan kebijakan sekolah tersebut antara lain:
1. Visi dan misi sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan.
2. Kebijakan sekolah dalam mengembangkan pembelajaran pendidikan lingkungan hidup.
3. Kebijakan peningkatan kapasitas sumber daya manusia (tenaga kependidikan dan
non-kependidikan) di bidang pendidikan lingkungan hidup.
4. Kebijakan sekolah dalam upaya penghematan sumber daya alam.
5. Kebijakan sekolah yang mendukung terciptanya lingkungan s e k o l a h yang bersih dan sehat.
6. Kebijakan sekolah untuk pengalokasian dan penggunaan dana bagi kegiatan yang terkait dengan
masalah lingkungan hidup.

B. Pengembangan Kurikulum Berbasis Lingkungan
Penyampaian materi lingkungan hidup kepada para siswa dapat dilakukan melalui kurikulum secara terintegrasi atau monolitik. Pengembangan materi, model pembelajaran dan metode belajar yang bervariasi, dilakukan untuk memberikan pemahaman kepada siswa tentang lingkungan hidup yang dikaitkan dengan persoalan lingkungan sehari-hari (isu local).
Pengembangan kurikulum tersebut dapat dilakukan antara lain:
1. Pengembangan model pembelajaran lintas mata pelajaran.
2. Penggalian dan pengembangan materi dan persoalan lingkungan hidup yang ada di masyarakat sekitar.
3. Pengembangan metode belajar berbasis lingkungan dan budaya.
4. Pengembangan kegiatan kurikuler untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran siswa tentang lingkungan hidup.

C. Pengembangan Kegiatan Berbasis Partisipatif
Untuk mewujudkan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan, warga sekolah perlu dilibatkan dalam berbagai aktivitas pembelajaran lingkungan hidup. Selain itu sekolah juga diharapkan melibatkan masyarakat disekitarnya dalam melakukan berbagai kegiatan yang memberikan manfaat baik bagi warga sekolah, masyarakat maupun lingkungannya.
Kegiatan-kegiatan tersebutantara lain:
1. Menciptakan kegiatan ekstra kurikuler/kurikuler di bidang lingkungan hidup berbasis patisipatif di sekolah.
2. Mengikuti kegiatan aksi lingkungan hidup yang dilakukan oleh pihak luar.
3. Membangun kegiatan kemitraan atau memprakarsai pengembangan pendidikan lingkungan hidup di sekolah.

D. Pengelolaan dan atau Pengembangan Sarana Pendukung Sekolah
Dalam mewujudkan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan perlu didukung sarana dan prasarana yang mencerminkan upaya pengelolaan lingkungan hidup, antara lain meliputi:
1. Pengembangan fungsi sarana pendukung sekolah yang ada untuk pendidikan lingkungan hidup.
2. Peningkatan kualitas penge-lolaan lingkungan di dalam dan di luar kawasan sekolah.
3. Penghematan sumberdaya alam (listrik, air, dan ATK).
4. Peningkatan kualitas pelayanan makanan sehat.
5. Pengembangan sistem pengelolaan sampah.

PENGHARGAAN ADIWIYATA 
Pada dasarnya program Adiwiyata tidak ditujukan sebagai suatu kompetisi atau lomba. Penghargaan Adiwiyata diberikan sebagai bentuk apresiasi kepada sekolah yang mampu melaksanakan upaya peningkatan pendidikan lingkungan hidup secara benar, sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Penghargaan diberikan pada tahapan pemberdayaan (selama kurun waktu kurang dari 3 tahun) dan tahap kemandirian (selama kurun waktu lebih dari 3 tahun).
Pada tahap awal, penghargaan Adiwiyata dibedakan atas 2 (dua) kategori, yaitu:
1. Sekolah Adiwiyata adalah, sekolah yang dinilai telah berhasil dalam melaksanakan Pendidikan Lingkungan Hidup.
2. Calon Sekolah Adiwiyata adalah. Sekolah yang dinilai telah berhasil dalam Pengembangan Pendidikan Lingkungan Hidup.
Pada tahun 2007 kuesioner yang diterima oleh Kementerian Negara Lingkungan Hidup dari seluruh Indonesia sebanyak 146 sekolah yang berasal dari 17 propinsi. Setelah melalui tahaptahap seleksi penilaian, maka ditetapkanlah 30 sekolah sebagai calon model sekolah Adiwiyata tahun 2007. Sedangkan 10 sekolah yang telah terseleksi sebelumnya di tahun 2006 (meliputi ruang lingkup Pulau Jawa) ditetapkan sebagai sekolah penerima penghargaan Adiwiyata sesuai dengan kategori pencapaiannya.

TATA CARA PENGUSULAN CALON PENERIMA PENGHARGAAN ADIWIYATA
Setiap Sekolah dapat diajukan oleh Pemerintah Daerah sebagai calon Sekolah Adiwiyata sesuai dengan kuota yang ditetapkan oleh Kantor Kementerian Negara Lingkungan Hidup.
Pengajuan calon sebagaimana dimaksud diatas dilakukan dengan mengisi kuesioner dan menyertai lampiran yang diperlukan sesuai dengan formulir yang telah disediakan oleh Kantor Negara Lingkungan Hidup.
Calon sekolah Adiwiyata dan sekolah Adiwiyata akan diteliti lebih lanjut oleh Dewan Pertimbangan Adiwiyata.
Penerima penghargaan calon dan sekolah Adiwiyata ditetapkan dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup.

MEKANISME PENILAIAN PROGRAM ADIWIYATA
Pada dasarnya peluang mengikuti program Adiwiyata terbuka bagi seluruh sekolah di tanah air Indonesia. Mengingat keterbatasan yang ada dan kepentingan dari semua pihak terkait, maka dalam proses seleksi dan peni laian, Kementerian Negara Lingkungan Hidup dibantu oleh berbagai pihak, antara lain: Pemerintah Daerah setempat (dalam hal ini dikoordinir oleh BPLHD/Bapedalda Propinsi), bekerja sama dengan Dinas Pendidikan setempat, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Akademisi dan pihak swasta lainnya.
Tim Penilai Adiwiyata pun terdiri dari berbagai pemangku kepentingan yaitu: Kementerian Negara Lingkungan Hidup, Departemen Pendidikan Nasional, LSM yang bergerak di bidang lingkungan, Jaringan Pendidikan Lingkungan, Perguruan Tinggi, Swasta dll. Sedangkan Dewan Pengesahan Adiwiyata terdiri dari Pakar Lingkungan, Pakar Pendidikan Lingkungan, wakil dari Perguruan Tinggi dlsbnya.